Oleh: Ahmad Rofiq *)
SMOL.ID – Dini hari atau fajar 29/12/2019 di penghujung akhir tahun 2019, Direktur Utama Rumah Sakit Islam Sultan Agung (RSI-SA) Semarang, dr. H. Masyhudi, M.Kes, diwisuda tahfidh 2 juz, bersama 10 orang putra lainnya, juz 1 putra 9 orang, 8 orang juz 1 putri, 6 orang putri juz 2, 6 orang putra juz 30, dan 29 orang putri juz 30, dalam acara Qiyamullail dan Wisuda Tahfidh Angkatan ke-7.
Subhanallah. Ini acara yang luar biasa, dan musti dicermati oleh para ahli Pendidikan.
Mereka bekerja di tengah kesibukan melayani pasien dan menyelamatkan umat yang ingin mendapatkan kesehatan jasmani, namun mereka masih bisa dan sempat untuk menghafal Al-Qur’an, dan ini sudah Angkatan ke-7.
Ini melengkapi tekad, rintisan, dan inisiatif yang luar biasa, RSI-SA yang berani dengan tekad yang sangat kuat menjadi Rumah Sakit Syariah pertama yang diresmikan oleh Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
Tidak muluk-muluk memang, namun kegigihan dan keteladanan dari direktur utama RSI-SA dr. H. Masyhudi, M.Kes, keberhasilan tersebut tampak nyata dan kongkrit bisa disaksikan bersama.
Ini mengingatkan dan sekaligus “mematahkan” teori dan pepatah bahasa Arab, “at-ta’allumu fi sh-shighar ka n-naqsyi ‘ala l-hajar wa t-ta’allumu fi l-kibar ka n-naqshi ‘ala l-ghubar” artinya “belajar di waktu kecil laksana mengukir di atas batu, dan belajar di waktu dewasa laksana mengukir di atas debu”.
Kenyataannya, para hafidh yang diwisuda mereka sudah pada usia-usia dewasa, akan tetapi mereka sukses menghafal Al-Qur’an.
Saya tidak bisa memastikan, apakah keberhasilan jajaran dokter, pegawai RSI-SA tersebut adalah merupakan “siraman keberkahan” dari Allah ‘Azza wa Jalla, sebagai pancaran dari tekad dan komitmen yang luar biasa dari RSI-SA yang merupakan RSI yang dikelola secara Syariah?
Mereka meraih kemuliaan dari Allah sebagaimana Rasulullah saw tegaskan: “Khairukum man ta’allama al-Qur’an wa ‘allamahu´artinya “sebaik-baik kamu sekalian adalah orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya (kepada orang lain)” (Bukhari dan Muslim).
Sementara untuk memenuhi kualifikasi sebagai RS Syariah, harus memenuhi 51 standar dan 173 elemen penilaian semua aspek penilaian, baik nilai, standar manajemen, tata kelola administrasi dan keuangan, akad Bersama dengan mitra kerja, baik yang profit maupun non-ptofit oriented, semua harus terpenuhi.
Untuk audit di instalasi gizi saja, tidak kurang dari 666 item bahan yang harus diaudit kehalalannya, sekitar 365 menu, dan masih harus juga farmasi, laundry, dan lain sebagainya, semua harus dapat dipastikan kehalalannya.
Tentu masih relative banyak persoalan nilai dan tata kelola pemerintahan yang bisa mendukung yang harus dibenahi.
Soal farmasi misalnya, yang hingga sekarang simbolnya saja masih “kepala ular dengan lidah”-nya, ini bertentangan dengan hadits Nabi saw yang menegaskan bahwa “Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali menurunkan obatnya” (Riwayat Imam Bukhari).
Karena itu, pemerintah berkewajiban menyediakan obat atau farmasi yang halal.
Karena Rasulullah saw memerintahkan agar apabila sakit berobat dengan obat yang halal. Pernah ada vaksin meningitis yang waktu itu belum ada vaksin yang halal, setelah melalui “protes” dan perdebatan wacana tentang dampak vaksin pada perjalanan ibadah haji, akhirnya dapat disediakan vaksin meningitis yang halal.
Sikap Amanah dan Istiqamah
Indonesia sebagai negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia, inisiasi RSI-SA ini, harus dan patut diapresiasi.
Lebih dari itu, bersamaan dengan Masjid Hamidun Qasim yang juga dikenal hafidh al-Qur’an, tampaknya spirit dr. Hamidun Qasim itulah, keluarga besar RSI-SA ingin mewarisi keilmuan, ketokohan, dan sikap amanah dan istiqamah yang “diwariskan” oleh para senior dan pendahulunya.
RSI SA dengan tagline “Mencintai Allah Menyayangi Sesama” ini memberi spirit yang luar biasa. Keberkahan dari Allah tampak terus menyelimuti dan menggerimiskan kesejukan hati para pengelola RSI-SA yang makin menorehkan prestasinya ini, Bersama dengan Rumah Tahfidh Darusy Syifa’, ini sangat membanggakan dan prestisius. Kemuliaan di mata manusia, keberkahan dari Allah SWT, dan kebahagiaan di hadapan masyarakat dan bangsa Indonesia ini.
Tentu ini sangat membutuhkan sikap amanah dan istiqamah dari seluruh komponen RSI-SA yang membanggakan ini. Mereka sudah mulai memanen dan membuktikan janji Allah: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan Jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (QS. Fushshilat (41): 30).
Semoga Allah terus memancarkan Rahman, Rahim, dan keberkahannya pada seluruh keluarga besar RSI-SA, karena telah membuktikan dengan Mencintai Allah dan Menyayangi Sesama, juga dengan mencintai dan menghafal Al-Qur’an.
Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya.
Allah a’lam bish-shawab.
Ngaliyan Semarang, 30/12/2019.
*) Prof Ahmad Rofiq, Guru Besar UIN Walisongo Semarang, Guru Besar Unisulla Semarang, pengurus Masjid Agung Jawa Tengah, Waketum MUI Prov Jawa Tengah, dan Direktur LPPOM MUI Jawa Tengah, Dewan Pengawas Syariah (DPS) RSI Sultan Agung