Angka kematian ibu (aki) dan bayi (akb) di Jawa Tengah cukup mengkhawatirkan. Hal itu yang disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, dr. Yulianto Prabowo, M.Kes dalam sambutan tertulis di acara Pelayanan Komprehensif (PONEK) atau di RSI Sultan Agung belum lama ini.
On Job Training ini diselenggarakan sebagai upaya meningkatkan komitmen rs dalam pelayanan maternal neonatal untuk percepatan penurunan aki dan akb di Jawa Tengah.
Aki dan akb di Jawa Tengah dalam kategori mengkhawatirkan. “Pada tahun 2016 kemarin, aki dan akb menyentuh angka 600 an. Tingginya aki dan akb berasal dari beberapa faktor antara lain kurang sigapnya pelayanan di fasilitas kesehatan dan faktor non medis seperti transportasi, ekonomi dsb” sebagaimana dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan dr. Arif Setyo Wibowo yang mewakili Kepala Dinkes Jawa Tengah.
Arif meminta, peserta dari beberapa rs di Jawa Tengah yang tengah mengikuti On Job Training ini mampu memotret alur pelayanan PONEK di RSI Sultan Agung.“Selanjutnya dari proses pengamatan ini akan didiskusikan untuk mencari formula terbaik penanganan PONEK di rs masing-masing” harapnya.
Gagas rs PONEK 24 jam
Di tahun 2017, sebagaimana yang dituturkan Arif , Dinkes Jawa Tengah bertekad menurunkan aki dan akb. “Kita menargetkan aki dan akb di Jawa Tengah turun dari kisaran 600 menjadi 300 an per kasus” jelasnya. Sebagai langkah awal, Dinkes Jateng akan menambah rs dengan fasilitas PONEK 24 jam.
“Sebagai tindak lanjut dari pertemuan ini, kita akan menambah rintisan rs PONEK 24 jam di beberapa kota.” katanya.
Dalam pelaksanaan On the Job Training beberapa peserta selain dibekali kemampuan teori juga berkesempatan untuk meninjau fasilitas PONEK di RSI Sultan Agung. Seperti di Instalasi Gawat Darurat (IGD), ruang peristi dan persalinan. Mereka juga berkesempatan melakukan wawancara dengan perawat yang ada di sana.