Semarang, rsisultanagung.co.id – Kasus stunting saat ini masih menjadi perhatian nasional lantaran prevalensi atau angka presentase kasusnya masih tinggi di Indonesia.
Dilansir dari laman stunting.go.id, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 24,4%.
Maka dari itu, pemerintah memiliki target menurunkan prevalensi stunting hingga 14% pada tahun 2024.
Guna mendukung upaya pemerintah tersebut, RSI Sultan Agung Semarang menggelar seminar penurunan prevalensi stunting dan wasting.
Kegiatan seminar yang bertempat di ruang auditorium RSI Sultan Agung Semarang ini dihadiri oleh beberapa pegawai Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Tak hanya itu saja, turut hadir pula tenaga kesehatan serta kader posyandu dari puskesmas Genuk, puskesmas Bangetayu, puskesmas Karangdoro serta petugas dari kecamatan wilayah-wilayah tersebut.
Kegiatan seminar disambut langsung oleh Direktur Utama RSI Sultan Agung Semarang, dr. Said Shofwan, Sp.An, FIPP, FIPM.
dr. Said Shofwan menyampaikan bahwa stunting merupakan isu nasional, adanya faskes seperti puskesmas tentunya sangat berperan penting dalam mensukseskan program penurunan prevalensi stunting.
Peran puskesmas sangat penting karena menjadi faskes yang besentuhan langsung dengan masyarakat.
“Selamat mengikuti acara ini, semoga bapak ibu dapat menerima manfaat yang sebesar-besarnya,” tutup dr, Said, pada hari Sabtu (15/10/2022).
Seluruh peserta seminar kemudian mendapatkan materi dari Dr. dr. Pujiati Abbas, Sp.A tentang seribu hari pertama kelahiran.
dr. Pujiati Abbas mengatakan status gizi saat remaja sangat penting karena ketika mereka menikah akan melahirkan generasi penerus.
Lantas alasan kenapa seribu hari pertama kelahiran sangat penting karena dalam masa tersebut tumbuh kembang otak anak tergantung pada gizi sang ibu.
“Gizi harus dipenuhi sejak terjadi pembuahan, karena kedepannya mempengaruhi kualitasnya akan menjadi baik atau tidak,” tutur dr. Pujiati Abbas.
Selanjutnya dr. Sri Priyantini, Sp.A menyampaikan materi kedua tentang bagaimana cara mencegah dan mendeteksi stunting.
dr. Sri Priyantini menjelaskan bahwa anak stunting memiliki kriteria yang berbeda dengan anak yang mengalami wasting.
Salah satu perbedaanya adalah stunting memiliki tubuh yang pendek, sedangkan wasting mempunyai tubuh yang kurus.
Perbedaan tersebut juga dapat diukur dengan menggunakan ilmu antropometri atau pengukuran tubuh dimensi manusia.
Pada penderita stunting, Berat Badan / Panjang Badan (BB/PB) sering terlihat normal.
Sedangan untuk penderita wasting Panjang Badan / Umur (PB/U) bisa saja terlihat normal atau malah stunting dan gizi buruk.
dr. Heny Yuniarti, M.KM, Sp.GK menjadi pemateri terakhir yang menyampaikan tentang nutrisi pada stunting.
Saat hamil menjadi waktu yang tepat untuk memaksimalkan pemberian nutrisi supaya menghindari resiko anak alami stunting.
“Pada trimester pertama memang terjadi peningkatan kebutuhan kalori,” terang dr. Heny Yuniarti.
Lebih lanjut, dr, Heny Yuniarti mengatakan bahwa di trimester pertama tambahan kebutuhan kalori per hari ada di 180 kilokalori (kkal).
Sedangkan di trimester kedua dan trimester ketiga, ibu hamil membutuhkan tambahan 300 kilokalori (kkal).
Kegiatan seminar kemudian berlanjut pada sesi Small Group Discussion (SGD) dengan seluruh peserta dibagi mejadi dua kelompok.
Setiap kelompok melakukan diskusi studi kasus dengan dua soal sekenario, peserta antusias mengikuti diskusi dengan melemparkan sejumlah pertanyaan pada pemandu kelompok. Setelah SGD selesai, kegiatan ditutup dengan pembagian doorprize dan diskusi bersama peserta.