Apakah kita selalu menganggap gangguan jiwa (gj) hanya pada seseorang di jalanan yang tidak memakai pakaian sempurna, penampilan awut-awutan, berperilaku aneh dan selalu
ngomong tidak jelas ? Kalau “iya” rasanya persepsi itu harus segera dienyahkan.
Karena jika mengacu pada istilah Departemen Kesehatan RI , gj dimaknai sebagai sebuah perubahan pada fungsi jiwa yang menimbulkan penderitaan individu dan atau hambatan ketika
di masyarakat dalam melaksanakan peran sosial.
Demikian yang diungkapkan oleh Mohammad Suroto, AMK dari ruang perawatan Baitur Rijal RSI Sultan Agung.Secara tersirat, Suroto ingin mengatakan, gj itu bisa dialami oleh siapa
saja. “Bahkan kemungkinan bisa saja terjadi pada orang-orang terdekat kita” kata Suroto.
Mengingat hal itu, Suroto menyarankan agar kita lebih mawas diri melihat sebuah indikasi dari gj. “Contohnya ketika menemukan saudara yang sering murung, mudah sedih hilang minat dan
ketertarikan terhadap aktivitas yang biasanya menyenangkan (depresi) perlu secepatnya menghubungi psikolog atau dokter” jelas Suroto.
Harpannya, dengan deteksi dini, kita bisa menghindarikan mereka dari bahaya yang lebih berbahaya seperti keinginan bunuh diri atau
kondisi terjelek lainnya.