Kasus Bayi dengan Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan penyumbang utama Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) didapatkan angka kematian kelahiran pada kelompok bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 gram sebesar 75 persen. Di Indonesia, rumah sakit (RS) menggunakan fasilitas inkubator. Namun, penggunaan inkubator untuk merawat BBLR memerlukan biaya yang tinggi.
“Akibat terbatasnya fasilitas inkubator, tidak jarang satu inkubator ditempati lebih dari satu bayi. Nah, hal ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi nosokomial di RS. Selain itu, perawatan di inkubator memerlukan biaya tinggi” ujar Indartik, S.Kep, NS, Kepala bagian ruang bayi baru lahir RSI Sultan Agung beberapa waktu yang lalu.
Lalu apa itu metode kanguru (MK). “Suatu metode keperawatan BBLR yang diilhami oleh cara seekor kanguru merawat anaknya yang lahir prematur. Bayi tersebut ditegakkan sedemikian rupa dengan bantuan selendang yang diikat tepat tengah hanya memakai popok dan penutup kepala. Bayi didekap diantara kedua payudara ibu bersentuhan dengan kulit, dada dengan dada secara berkesinambungan”ujarnya.
Iik-sapaan akrabnya-melanjutkan, MK ternyata tidak hanya sekedar menggantikan peran inkubator, namun memberikan banyak manfaat yang tidak bisa didapatkan dari inkubator.
“MK mampu memenuhi menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim. Secara otomatis, MK mampu meningkatkan hubungan emosi ibu-bayi, menstabilkan suhu tubuh dan mengurangi stres baik pada ibu atau bayi” lanjutnya.
Sayangnya menurut Iik, MK masih belum populer di Indonesia baik pada wilayah pedesaan atau perkotaan. Padahal MK ini sangat bermanfaat bagi bayi prematur. Kedepannya, Iik berharap MK bisa digencarkan sosialisasinya kepada semua pihak baik itu kepada paramedis atau kalangan ibu-ibu sehingga masalah angka kematian bayi dapat ditekan.