Apa jadinya bila penanganan sebuah korban kegawatdaruratan memakan waktu lama ? Tentu saja itu akan berakibat fatal bagi sang korban. Bisa-bisa mengakibatkan kematian. Dalam hal ini, kesigapan paramedis menjadi kunci utama dalam penanganan korban. Nah, agar paramedis selalu sigap menolong korban kegawatdaruratan, diperlukan upaya pelatihan yang sifatnya continue.
Memfasilitasi hal ini, RSI Sultan Agung menyelenggarakan pelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) selama 5 hari (7 s.d 11 /9). Selama lima hari, peserta pelatihan yang merupakan paramedic dari beberapa instansi digembleng instruktur dari Ambulans Gawat Darurat (AGD) 118. Sebuah lembaga yang bergerak dalam pelatihan pelayanan gawat darurat sehari-hari bagi masyarakat dan tenaga medis.
Salah satu instruktur BTCLS dari AGD 118, Ina mengatakan, paramedis akan diajarkan tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan teori-teori lain yang berhubungan dengan pencegahan kematian.
“Paramedis diharapkan mampu menjadi seorang yang ahli dalam hal penanganan kasus trauma berdasarkan prioritas kegawatdaruratan” tuturnya.
Yang menarik, dari 50 peserta BTCLS ini diikuti oleh sejumlah perawat dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Mereka sangat antusias ketika mengikuti pelatihan ini.