Lebaran identik dengan makan-makan. Dimana-mana saat silaturahmi ke saudara sekitar, pasti yang ditemui makanan. Bahkan, bagi sebagian orang, lebaran dimanfaatkan sebagai ajang “balas dendam” mengingat selama satu bulan yang lalu kita berpuasa. Inilah yang menjadi problem kesehatan.
“Banyak kita temui makanan bersantan, pedas, asin ketika lebaran. Bila kita tidak hati-hati dalam menjaga pola makan, dikhawatirkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan” kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSI Sultan Agung, Lusito ketika ditemui di gedung MCEB beberapa waktu lalu.
Lusito melanjutkan, santan yang biasanya terdapat dalam opor dan kerap disajikan mengandung banyak lemak. Sementara lemak di dalam tubuh memerlukan waktu lama untuk dicerna. Karena itulah, ketika lama di perut dapat meningkatkan kadar asam dalam perut. Tidak menutup kemungkinan, asam lambung bisa naik dari lambung menuju kerongkongan.
“Dalam dunia kedokteran kasus tersebut dikenal Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD). Penyakit ini terjadi karena ada aliran balik isi lambung ke atas. Saat naik, asam lambung berikut makanan yang diurainya ikut keluar dari lambung” jelasnya.
Lusito menjelaskan, gejala GERD adalah rasa perih yang hebat di lambung dan ulu hati. Karena biasanya penderita GERD sering merasa mual dan muntah.
Selain makanan bersantan, Lusito meminta waspada akan makanan pedas. Menurut Dia, makanan pedas yang memiliki kombinasi rasa panas dan asam bila dikonsumsi secara berlebihan akan mengakibatkan kerusakan dinding lambung.
“Terlebih bila kombinasi makanan pedas dengan kombinasi santan dapat menyebabkan penyakit maag akut pada lambung atau yang disebut gastritis. Yang biasanya didahului dengan gejala mual, muntah dan diare”tambahnya.
Lantas bagaimana seharusnya mengatur pola makan sehat ketika berlebaran ?
“Prinsipnya boleh-boleh saja mengkonsumsi makanan apa saja. Asalkan dilakukan secara bertahap dan tidak sekaligus banyak. Tetapi yang penting adalah pencegahan. Bagi yang sudah memiliki maag hindari makanan pedas atau bersantan” pungkasnya.