Kejadian mati mendadak karena henti jantung (cardiac arrest) masih menjadi penyebab kematian utama baik di negara maju ataupun negara berkembang seperti di Indonesia. Berdasarkan laporan dari Departemen Kesehatan, pada usia 45-54 tahun, henti jantung menduduki urutan ketiga penyebab kematian. Di urutan pertama dan kedua ada stroke dan diabetes melitus.
Itulah yang mendasari RSI Sultan Agung dan Persatuan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) menyelenggarakan Advanced Cardiac Life Support bagi para tenaga kesehatan yang berkaitan langsung dengan kasus henti jantung di hotel Dafam Semarang baru-baru ini.
“Pelatihan ini bertujuan meningkatkan skill paramedis dalam penanganan pasien dan sebelum henti jantung. Peserta pelatihan akan diajari identifikasi dan penanganan kondisi medis yang alami henti jantung, Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan mengembalikan fungsi pernafasan” kata dr. Sefri Novianti Sofia, Sp.JP, pemateri dari PERKI.
ACLS ini, menurut Sefri dirancang sedemikian rupa untuk menyelamatkan hidup pasien. “Kita ajarkan peserta untuk mengenali dan melakukan pengelolaan dini terhadap kondisi sebelum henti jantung atau mempersulit resusitasi” lanjutnya.
Sementara itu, ketua panitia ACLS, dr Sri Berdi Karyati dari RSI Sultan Agung, menjelaskan dalam pelatihan ACLS peserta diajak untuk lakukan simulasi skenario klinis, diskusi dan bermain peran hingga bermain peran ketika penanganan kasus sebenarnya.