Angka kejadian penderita gangguan tiroid semakin meningkat di dunia menurut WHO, diperkirakan 750 juta penduduk dunia mengalami gangguan tiroid, angka ini dapat melebihi prevalensi diabetes nantinya. Indonesia sendiri menduduki peringkat tertinggi di Asia Tenggara dalam gangguan tiroid yakni 1,7 juta jiwa (survey IMS Health, 2015).
RSI Sultan Agung bekerjasama dengan Merck menyelenggarakan Seminar Kesehatan bertema Mengenal Lebih Dalam Gangguan Tiroid dan Pengobatannya pada hari Sabtu (11/1) bertempat di Hall Direksi Gedung A RSI Sultan Agung. Kegiatan ini bertujuan untuk lebih mengenalkan masyarakat akan bahaya penyakit gangguan tiroid dan dihadiri oleh masyarakat dan komunitas sekitar RSI Sultan Agung.
Dr. Erwin Budi Cahyono, Sp.PD, Direktur Pelayanan Medis dan Keperawatan RSI Sultan Agung dalam sambutannya mengakui penyakit kelenjar tiroid termasuk penyakit non-infeksi. Menurutnya, penyakit hipotiroid ataupun hipertiroid merupakan kelainan penyakit yang penyembuhannya memerlukan waktu yang lama, bisa sampai seumur hidup.
“Gangguan tiroid ini akan mengganggu metabolisme dalam tubuh dan akan menimbulkan penyakit-penyakit pada diri seseorang, dan biasanya masyarakat datang ketempat pelayanan kesehatan dalam keadaan sudah terlambat atau karena tidak tahu. Dengan kegiatan ini diharapkan bisa membantu menyebarluaskan dan bisa mendeteksi secara dini penyakit-penyakit tiroid dan bisa ditangani sedini mungkin,” ujarnya dalam sambutan sekaligus membuka kegiatan seminar.
Selain untuk mengenalkan masyarakat mengenai bahaya penyakit gangguan tiroid, kegiatan ini juga sebagai sarana silaturrahmi dan mengenalkan layanan kesehatan di RSI Sultan Agung sebagai Rumah Sakit tipe B yang telah mendapatkan akreditasi dengan nilai paripurna dan mendapatkan sertifikat sebagai Rumah Sakit Syariah dari Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI.
Tri Hastuti, Penanggung Jawab Program Refer Up dan Agresif New Case Finding PT Merck menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada RSI Sultan Agung yang telah berkenan menjadi partner dalam seminar kali ini.
“Edukasi mengenai gangguan tiroid adalah komitmen jangka panjang Merck bekerja sama dengan berbagai pihak, di antaranya asosiasi dokter, organisasi pasien, rumah sakit, serta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Dan kami menyampaikan terima kasih kepada RSI Sultan Agung atas penyelenggaraan kegiatan seminar ini,” ujarnya.
Tri Hastuti juga menyampaikan bahwa pihaknya telah bekerjasama dengan lebih dari 50 rumah sakit di Indonesia dalam hal deteksi dini penyakit gangguan tiroid.
“Penyakit gangguan kelenjar tiroid kerap tidak disadari karena tak ada gejala khusus. Padahal, jika tidak terdeteksi dan ditangani sejak dini, kelainan tiroid dapat menurunkan produktivitas dan kualitas hidup. Oleh karenanya, sangat penting bagi masyarakat untuk memahami gejala gangguan tiroid, dan melakukan deteksi dini,” imbuhnya.
Senada dengan hal tersebut, dr. Nur Anna C Sa’dyah, Sp.PD, KEMD, FINASIM sebagai narasumber menyampaikan secara gamblang mengenai penyakit gangguan tiroid baik melalui paparan materi dan diskusi.
“Tiroid adalah kelenjar berbentuk kupu-kupu terletak di tengah dan berada pada cincin tulang rawan kedua dan ketiga dari trakea. Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang memiliki fungsi mempertahankan metabolisme tubuh, seperti metabolisme jantung, membantu mengatur metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, memacu pertumbuhan normal, memacu perkembangan dan pematangan sistem saraf dan memacu pembentukan kalori.” Paparnya.
Ganguan tiroid adalah kondisi kelainan pada seseorang akibat adanya gangguan kelenjar tiroid, baik gangguan pembentukan atau perubahan bentuk maupun gangguan fungsi kelenjar (berlebihan atau berkurang). Kekurangan atau kelebihan hormon tiroid ini tentu memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan berbagai jaringan, termasuk sistem saraf dan otak. Dengan kata lain, gangguan kelenjar tiroid dapat mempengaruhi seluruh sistem tubuh dan berakibat fatal jika tidak ditangani dengan tepat.
“Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan cara berpartisipasi secara aktif dalam berbagai kegiatan untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya pencegahan penyakit akibat gangguan tiroid, membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat terutama penerapan gizi seimbang bagi keluarga termasuk penggunaan garam beriodium, dan mendorong masyarakat yang mempunyai bayi baru lahir untuk melakukan skrining hipotiroid kongenital sebagai upaya deteksi dan intervensi dini,” ungkap dokter Anna.
Selain mengadakan seminar dan diskusi, RSI Sultan Agung dan Merck juga mengadakan screening atau pemeriksaan deteksi dini gratis penyakit gangguan tiroid kepada peserta yang hadir, baik pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan laboratorium.