Masyarakat awam mengira, Rumah Sakit (RS) Pendidikan adalah tempat uji coba para dokter muda yang sedang menjalani program Co Assistant (Co Ass) sehingga pasien yang sedang dirawat di RS tersebut hanya ditangani oleh para dokter muda. Anggapan ini bisa dikatakan kurang tepat. Karena di RS Pendidikan mahasiswa kedokteran yang menjalani Co Ass tidak menangani langsung pasien. Ataupun kalau sedang menangani pasien, pasti diawasi secara langsung oleh dokter spesialis.<p>
Masalahnya anggapan ini sudah terlanjur menjadi stigma yang merugikan bagi RS Pendidikan. Akibatnya, banyak institusi pendidikan atau Universitas berpikir seribu kali untuk mendidikan RS Pendidikan.<p>
Kekhawatiran inilah yang diungkapkan Dekan Universitas Islam Indonesia , dr Linda Rosita, Sp.PK ketika berkunjung ke RSI Sultan Agung, Senin (23/11). Kunjungan dr Linda beserta rombongan dalam rangka study banding pembangunan RS Pendidikan bagi mahasiswa FK UII.<p>
RSI Sultan Agung sendiri telah ditetapkan sebagai RS Pendidikan pada tahun 2011 silam sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK .03.05/III/1299/11 tentang penetapan RSI Sultan Agung sebagai RS Pendidikan Utama Unissula.<p>
Menanggapi stigma negatif mengenai RS Pendidikan , Direktur Utama RSI Sultan Agung , dr. H. Masyhudi AM, M.Kes menjelaskan memang masyarakat perlu memahami bahwa RS Pendidikan tidak seperti yang dikira selama ini. Justru sebaliknya , pelayanan di RS Pendidikan ini menerapkan standar kualitas tinggi dengan berpedoman pada keselamatan pasien.