demam, suara serak, batuk, tenggorokan sakit. Sekilas kondisi tubuh seperti itu menunjukkan kita sedang flu. Tetapi waspadalah. Karena jika dibiarkan, kemudian kita menemukan ada pembesaran pada bagian leher (kelenjar getah bening) dan tenggorokan beserta amandel tertutup membran berwarna abu-abu, bisa jadi difteri sedang menyerang.
Menjadi pertanyaan bagi kita, sejatinya apa itu difteri ?
“Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang terjadi secara lokal pada mukosa saluran pernafasan atau kulit yang disebabkan oleh basil gram positif Corynebacterium Diphteriae” jawaban ini dikemukakan oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSI Sultan Agung, Hj Nur Anna CS dalam forum ilmiah clinical management and implication in primary care dokter umum di hotel graha santika, Semarang.
Difteri , kata dr Anna bisa terjadi di beberapa bagian. Pertama hidung. “Awalnya hidung pilek ringan. Kemudian perlahan-lahan akan tampak selaput atau semacam kulit tipis, di lubang hidung” lanjutnya.
Kedua, pada tonsil atau amandel yang ditandai timbulnya selaput melekat berwarna putih kemudian jaringan lunak dibawah serta pembesaran limfadenopati. “Pada kasus yang berat, akan sebabkan gagal pernafasan, koma hingga kematian” lanjutnya.
Ketiga, difteri di saluran pernapasan . “Kuman penyebab difteri bisa sebabkan penutupan jalan napas hingga terjadi kematian mendadak” tegasnya.
Terakhir, difteri pada kulit. “Gejalanya ada luka yang tak kunjung sembuh dan timbul selaput yang berwarna coklat keabu-abuan” ujarnya.
Pencegahan
Cara efektif menurut dr Anna adalah imunisasi. “Untuk anak umur 6 minggu sampai 7 tahun , beri 0,5 mL dosis vaksin mengandung-difteri (D). Seri pertama adalah dosis pada sekitar 2,4, dan 6 bulan. Dosis ke empat adalah bagian intergral seri pertama dan diberikan sekitar 6-12 bulan sesudah dosis ke tiga. Dosis booster diberikan umur 4-6 tahun (kecuali kalau dosis primer ke empat diberikan pada umur 4 tahun)” katanya.
Untuk anak-anak yang berumur 7 tahun atau lebih, gunakan tiga dosis 0,5 mL yang mengandung vaksin (D). Seri primer meliputi dua dosis yang berjarak 4-8 minggu dan dosis ketiga 6-12 bulan sesudah dosis kedua.