Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan , diawali versi 1997 kemudian dilanjut versi 2012, dan sekarang ini akan dimulai menggunakan Standar Akreditasi Rumah Sakit SNARS Edisi 1 yang berlaku efektif di 2019. Seperti diketahui standar akreditasi yang digunakan oleh KARS selalu diperbaiki dan dikembangkan. Dalam edisi 1.1 yang terbaru, merupakan perbaikan SNARS Edisi 1 dalam hal penggunaan frasa dan penjelasan dengan harapan menjadi lebih mudah dipahami oleh rumah sakit maupun surveyor.
Dalam rangka mempersiapkan akreditasi SNARS tahun 2020, Tim Akreditasi RSI Sultan Agung Semarang mengadakan Bimbingan Akreditasi Rumah Sakit dengan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1.1 selama 2 hari yaitu selasa dan rabu tanggal 17 & 18 September 2019. Kegiatan yang bertempat di hall direksi gedung A lantai 2 ini di buka oleh Direktur Utama RSI Sultan Agung, dr. H. Masyhudi AM, M.Kes dan pembimbing langsung dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), dr. Nina Sekartina, MHA. Serangkaian kegiatan bimbingan yang berlangsung selama 2 hari ini ditujukan untuk tim pokja di TKRS, PMKP, MFK dan PPI. Tujuan di laksanakannya kegiatan bimbingan ini adalah agar rumah sakit dapat meningkatkan mutu pelayanan melalui implementasi SNARS edisi 1.1 yang berorientasi pada mutu pelayanan dan keselamatan pasien (patient safety).

Dalam melakukan kegiatan bimbingan ini, dr. Nina Sekartina, MHA, melakukan penilaian terhadap persiapan yang telah dilakukan RSI Sultan Agung. Penilaian ini dilakukan dengan memeriksa dokumen-dokumen yang telah dibuat serta melakukan identifikasi kendala apa saja yang dihadapi selama melakukan persiapan akreditasi di RSI Sultan Agung.
Pada kegiatan pembimbingan, dokter Nina sangat terkesan dan mengapresiasi sistim pelayanan di RSI Sultan Agung, pemanfaatan sistem IT pada pengelolaan dokumen administrasi pasien. Melalui inovasi pelayanan kesehatan berbasis IT, RSI Sultan Agung semakin membuktikan perannya dalam peningkatan edukasi dan pemanfaatan IT bagi segenap lapisan masyarakat. Proses bimbingan tidak hanya dilakukan di hall direksi, tetapi dilanjut dengan kunjungan lapangan dalam lingkup rumah sakit.
Setelah ditemukan beberapa temuan dalam 2 hari tersebut, dokter Nina memberikan beberapa masukan dalam penatalaksanaan persiapan akreditasi. Beliau juga tidak sungkan berbagi ilmu dan berdiskusi untuk mendapatkan solusi alternatif guna mendapatkan standar pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi dan sejalan dengan akreditasi level paripurna.