Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak. Peresepan dan penggunaan antibiotik yang kurang bijak akan meningkatkan kejadian resistensi. Dalam rangka menjaga mutu pelayanan sesuai standar akreditasi SNARS, RSI Sultan Agung melaksanakan Pelatihan Pengendalian Resistensi Antimikroba pada hari Rabu (25/9).
Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Tim Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) RSI Sultan Agung dengan menghadirkan tiga orang narasumber yaitu dr. Vito Mahendra E.S, MSi.Med, Sp.B, dan dr. Masfiyah, MSi.Med, Sp.MK, serta dr. Rahayu, Sp.MK. Tim Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) sendiri merupakan kepanitiaan di rumah sakit yang berperan dalam menetapkan kebijakan penggunaan antibiotik, pencegahan dan penyebaran bakteri yang resisten serta pengendalian resistensi bakteri terhadap antibiotik. Seperti yang kita ketahui, yang dimaksud dengan resistensi antimikroba adalah ketidakmampuan antimikroba membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba sehingga penggunaannya sebagai terapi penyakit infeksi menjadi tidak efektif lagi.
Turut hadir dan memberikan sambutan pembuka yaitu Direktur Pelayanan Medis dan Keperawatan, dr. Erwin Budi Cahyono, Sp.PD.
“Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) merupakan upaya pengendalian resistensi antimikroba secara terpadu dan paripurna di fasilitas pelayanan kesehatan.” Jelasnya. Resistensi terhadap antimikroba telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia, dengan berbagai dampak merugikan yang dapat menurunkan mutu dan meningkatkan risiko pelayanan kesehatan khususnya biaya dan keselamatan pasien. Program pengendalian resistensi antibiotik bertujuan untuk menekan resistensi antibiotik, mencegah toksisitas akibat penggunaan antibiotik, menurunkan biaya akibat penggunaan antibiotik yang tidak bijak, dan menurunkan risiko infeksi nosokomial.
Senada dengan apa yang telah disampaikan oleh dokter Erwin, narasumber dr. Vito Mahendra E.S, MSi.Med, Sp.B dalam materinya yang bertema “Prinsip Penggunaan Antibiotik Secara Bijak untuk Mencegah IDO” juga menyampaikan hal yang sama.
“Meningkatnya masalah resistensi antimikroba terjadi akibat penggunaan antimikroba yang tidak bijak dan bertanggung jawab dan penyebaran mikroba resisten dari pasien ke lingkungannya karena tidak dilaksanakannya praktik pengendalian dan pencegahan infeksi dengan baik.” Ungkapnya.
Menurut narasumber dr. Masfiyah, MSi.Med, Sp.MK dalam materinya “Indikator Mutu PPRA Panduan Pemberian Antibiotik RSI Sultan Agung” menyampaikan, penggunaan antibiotik yang tidak perlu atau berlebihan mendorong berkembangnya resistensi dan multipel resisten terhadap bakteri tertentu. Resistensi tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diperlambat melalui penggunaan antibiotik yang bijak. Hal tersebut membutuhkan kebijakan dan program pengendalian antibiotik yang efektif.
Kegiatan dihadiri oleh perwakilan tiap unit kerja RSI Sultan Agung dan ditutup menjelang siang oleh narasumber ketiga dr. Rahayu, Sp.MK yang menyampaikan materi mengenai peta medan kuman di RSI Sultan Agung.