Dalam waktu kurang dari 10 tahun, diperkirakan akan terjadi penambahan penderita diabetisi melitus (dm) sebanyak ratusan juta orang. Di tahun 2025, diabetisi naik menjadi 380 juta orang. Bagaimana di Indonesia ? Jika kita mencermati, angkanya cukup memprihatinkan.
Akan ada penduduk yang berjumlah 21.3 juta terjangkit diabetisi pada tahun 2030. Lebih miris lagi, 50 persen populasi itu diprediksi dan tidak terdiagnosa sekaligus tak tertangani. Ulasan data tersebut disampaikan oleh dokter spesialis penyakit dalam RSI Sultan Agung , Tri Ferry Rachmatullah.
DM merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang. Disebebkan adanya peningkatan kadar glukosa darah. “Pada orang normal, terdapat hormon insulin dalam jumlah mencukupi sehingga kadar glukosa darah bisa dikendalikan. Nah, seorang diaebtisi ditandai dengan kerusakan dual efek metabolik. Yaitu resistensi dan gangguan insulin secara relatif” paparnya.
Apa penyebab gangguan insulin tersebut ? berkurangnya kadar atau kemampuan insulin (yang dihasilkan kelenjar pankreas) dalam usahanya menormalkan kadar gula darah.
DM, lanjut Tri Ferry juga tidak dimonopoli oleh orang dengan usia lanjut. Tapi bisa juga terjadi pada seseorang pada usia kurang 45 tahun.
“Beberapa faktor pencetusnya adalah kebiasaan tidak aktif, keturunan dari orang tua yang terkena DM, tekanan lebih dari 140/90 mmHg serta beberapa hal yang dipastikan oleh dokter” katanya.
Agar tidak terkena DM, dr Tri Ferry menghimbau mulai dari sekarang seseorang perlu pengaturan makanan dengan komposisi seimbang antara karbohidrat, protein, lemak sesuai kecukupan gizi.
Berikutnya olahraga 3 s.d 4 kali setiap minggu sedikitnya selama 150 menit per minggu dengan latihan aerobik sedang. “Latihan jasmani untuk menjaga kebugaran juga medapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensifitas insulin” katanya.